Housing-Estate.com, Jakarta – Kondisi pasar ruang perkantoran di Jakarta masih tertekan. Pada kuartal kedua tahun 2016 terjadi penyerapan perkantoran kelas A sebesar 58.600 m2. Namun perkantoran kelas B dan C terjadi penyerapan negatif karena terjadinya relokasi penyewa ke gedung perkantoran kelas A.
Hal ini dikemukakan Direktur Riset dan Advisor PT Cushman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo, saat paparan industri properti Jabodetabek Q2 2016 di Jakarta, pekan ini. Untuk jenis perkantoran yang banyak mendorong aktivitas transaksi ruang perkantoran ada pada bidang telekomunikasi, teknologi informasi, dan konsultan.
“Rata-rata tingkat hunian perkantoran di CBD Jakarta naik sedikit menjadi 82,14 persen. Hal ini dikarenakan tidak adanya penambahan pasokan baru selama kuartal kedua sehingga total pasokan kumulatif ruang perkantoran CBD tetap sebesar 5,51 persen. Pada semester kedua tahun ini akan ada pasokan sebanyak 297 ribu m2,” katanya.
Harga sewa selama kuartal ini juga relatif stabil sebesar Rp322 ribu/m2/bulan atau dalam dolar AS sebesar 24,10 dollar/m2/bulan. Dibandingkan kuartal sebelumnya harga sewa ini mengalami penurunan sebesar 7,4 persen dan 8,1 persen dalam rupiah dan dolar AS.
“Tingkat okupansi ini diproyeksikan akan kembali menurun seiring masuknya pasokan baru ke pasar. Harga sewa juga masih akan tertekan dan pemilik gedung akan menghadapi tingkat persaingan yang tinggi dalam mempertahankan para penyewa untuk tetap berada di gedung mereka,” pungkasnya.