Housing-Estate.com, Jakarta – Lima tahun pertama setelah lulus dari University of Texas, Arlington-AS, tahun 1982, Widijanto (53) menjadi arsitek di AS. Pria kelahiran Marunda, Jakarta Utara, ini antara lain terlibat dalam proyek properti terpadu Oak Lawn-Dallas dan stadion Piston Detroit- Michigan yang mendapat penghargaan American Institute of Architect (AIA). Ia kembali ke Indonesia tahun 1987 saat berusia 26 tahun karena diiming-imingi posisi dirut di Duta Anggada. “Pertama saya tolak karena kalau cuma jadi arsitek di Indonesia gajinya beda jauh (dengan di AS). Tapi, ketika ditawarin jadi direktur ceritanya lain,” kata bapak dua anak ini. Tugas pertama Wid yang waktu itu masih bujangan adalah memecat orang. Bila mengenang masa itu ia merasa seperti orang bodoh mau dijadikan dirut, karena sama sekali tidak mengenal budaya bisnis di Indonesia.

Setelah 13 tahun di Duta Anggada ia pindah ke Salim Group dan Mulia Group sebelum bertemu sahabatnya Haryanto Adikoesoemo, Presdir PT Aneka Kimia Raya (AKR), yang juga masuk bisnis properti. Awalnya ia membantu mendesain Wisma AKR di Jakarta, sebuah vila di Bali, dan pembangunan Novotel Nusa Dua, Bali. Proyek perdana AKR yang dikonsepnya Grand Kawanua City (300 ha) di Manado. Saat ini pengembangannya baru 30 ha berisi perumahan menengah atas, hotel dan convention center. Desain proyek dan infrastrukturnya dipikirkannya secara matang karena karakter lahan yang berbukit-bukit dengan tanah mudah longsor. Selama tujuh tahun menjadi managing director ia menjadi konseptor seluruh proyek AKR Land Development. Teranyar ia menangani superblok Gallery West (2 ha), Jakarta Barat, yang apartemennya mengangkat konsep lockable area dan dry garden foyer. “Kalau cuma jadi arsitek capek dan nggak ada duitnya, apresiasi orang terhadap karya arsitek juga sangat sedikit,” katanya.
Sumber: Majalah HousingEstate
atau
Unduh versi digitalnya WayangForce, Scoop & Scanie.