Fasilitas penitipan anak adalah solusi rumah tangga dengan suami istri bekerja.
Housing-Estate.com, Jakarta – Celoteh riang beberapa anak yang sedang bermain perosotan dan tenda kecil terdengar dari salah satu sudut ruang. Di pojok lain dua batita yang berebut mainan tampak sedang ditenangkan seorang pengasuh perempuan. Sementara pengasuh perempuan lain dengan telaten menyuapi seorang anak berusia satu tahun sambil digendong. Begitulah suasana sebuah sore di tempat penitipan anak (day care) Khalifah Day Care, Depok, Jawa Barat.
Suasana mirip bisa ditemui di day care lain yang belakangan mulai banyak muncul di sejumlah perumahan di perkotaan seperti Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Target pasarnya keluarga dengan kedua orang tua bekerja dan tidak memiliki pengasuh anak di rumah. “Kami melihat belum ada jasa penitipan anak di Jatibening. Kami ingin membantu orang tua memberi pengasuhan yang tepat bagi anak-anak mereka,” kata Dhiesta Natalia, pemilik Pepito Day Care, Jatibening, Bekasi. Ia mendirikan Pepito Maret 2014 bersama sahabatnya Nidya Dieta.
Hal senada diucapkan Kartika Permata Sari yang membuka Turtle Day Care di Serpong, Tangerang Selatan, sejak November 2013 bersama adiknya Karina. Menitipkan anak kepada orang yang tidak dikenal tentu bukan pilihan yang mudah bagi setiap orang tua. Apalagi sepanjang hari dan anaknya masih batita. Karena itu daycare bisa menjadi solusi orang tua yang harus bekerja seharian, tapi enggan mempercayakan pengasuhan anaknya kepada pengasuh di rumah.
Agar anak betah selama dititipkan, tempat-tempat penitipan anak menyediakan fasilitas dan alat bermain edukatif yang bisa merangsang motorik dan kreativitas anak. Kamar tidur dan ruang bermainnya juga dibuat representatif. Bahkan kamar mandi dan wastafelnya dirancang sesuai ukuran anak-anak. Daycare menerima bayi sampai balita. “Kami membuat ruang istirahat terpisah untuk balita dan bayi,” ujar Dhiesta.
Turtle juga menyediakan sudut baca dan area art and craft. Ada pula dapur untuk menyiapkan makan anak tiga kali sehari termasuk snack sore dengan menu yang bergizi. Ibu yang masih menyusui juga bisa menitipkan ASI. “Untuk susu kami minta orang tua yang menyiapkan,” kata Ivan, pengelola Khalifah.
Rangsang kreativitas
Day care intinya bukan sekadar tempat menitipkan anak, tapi juga memberi pengasuhan anak selama tidak bersama orang tuanya. Untuk itu setiap day care memiliki program pengasuhan berisi aktivitas yang bisa merangsang kecerdasan dan kreativitas serta motorik anak sesuai usianya. “Kami punya kegiatan bermain dengan tema-tema tertentu sesuai kemampuan anak, mulai dari menyusun balok, bermain peran, fun cooking, dance, berenang, dan art and craft,” jelas Kartika yang berlatar pendidikan anak usia dini. Secara berkala pengelola day care juga menyelenggarakan acara “pentas”, ajang unjuk kemampuan anak-anak yang dititipkan di hadapan para orang tua.
Selain program serupa Pepito juga mengajarkan anak mandiri seperti makan, cuci tangan, dan buang air di toilet. Menerima anak usia enam bulan sampai enam tahun, Khalifah yang didirikan Ippho Santosa dan berpusat di Yogyakarta, juga mengenalkan pendidikan agama dan budi pekerti. “Semua diajarkan sambil bermain,“ kata Ivan seraya bercerita, ada anak berusia lima tahun yang ketika pertama datang setahun lalu suka memukul, kini sudah bisa lebih mengontrol emosinya.
Agar semua anak terasuh baik, Khalifah dan Turtle menerapkan komposisi jumlah pengasuh dan anak 1:4. Jadi satu pengasuh bertanggung jawab untuk empat anak. Sementara di Pepito komposisinya lebih rendah: 1:3 untuk balita dan 1:2 untuk bayi. Para pengasuh mendapat pelatihan khusus tentang pengasuhan anak, sehingga dapat menjalankan program sesuai “kurikulum” day care. Jumlah anak yang bisa dititipkan pun dibatasi.
Para pengelola day care selalu menjalin komunikasi dan melibatkan orang tua anak dalam menjankan pengasuhan. Bentuknya mulai dari tersedianya nomor telepon pengelola/pengasuh yang bisa diakses para orang tua, hingga diary book atau laporan harian berisi aktvitas, perkembangan, dan pertumbuhan anak. “Bahkan, kami menyediakan kamera pengawas yang bisa diakses melalui smartphone orang tua,” kata Dhiesta. Sementara Pepito membuat kartu antar dan jemput yang hanya bisa dimiliki orang tua atau penjemput yang sudah dikonfirmasi orang tua.
Secara berkala para pengeloa day care mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua dan mendatangkan psikolog serta dokter anak. “Orang tua harus terbuka kepada kami soal kondisi anaknya, sehingga kami bisa mengasuhnya secara tepat. Kalau sedang sakit ringan kami juga bisa menjaganya,” kata Ivan. Namun, rumah-rumah penitipan anak itu belum menerima anak-anak berkebutuhan khusus. Alasannya, anak-anak seperti itu juga butuh pengasuh berkeahlian khusus. Padahal mereka belum bisa menyediakannya.
Biaya terjangkau
Tempat-tempat penitipan anak ini kebanyakan punya jam operasi sesuai jam kantor, pukul 07.00–17.00. Tapi menyadari kondisi lalu lintas yang kerap macet di mana-mana, pengelola memberikan toleransi waktu sekitar 30 menit. “Lebih dari itu kami kenakan biaya overtime Rp22 ribu per jam,” ungkap Ivan. Meski secara resmi tutup, di akhir minggu atau hari libur mereka juga bisa menerima penitipan, tentunya dengan pemberitahuan terlebih dulu.
Para pengelola memasang tarif Rp1,5–2 juta/ bulan. Mereka juga menerima pola penitipan setengah hari, harian atau mingguan, dengan biaya berbeda. Umumnya di rentang Rp100–495 ribu. Orang tua yang akan menitipkan anaknya di day care cukup mengisi formulir yang antara lain berisi data dan kondisi anak serta orang tua, dan formulir persetujuan menitipkan anak. “Itu semua untuk memudahkan kami, juga orang tua, memantau perkembangan anak. Mereka pun nyaman menitipkan anaknya kepada kami,” kata Dhiesta.
Sumber: Majalah HousingEstate