Menjadi tuan rumah penyelenggaraan pesta olah raga dunia, Olimpiade, selalu membanggakan. Wajar kota dan negara yang terpilih bersiap diri jauh-jauh hari sebelumnya. Seperti yang dilakukan Tokyo, Jepang, yang akan menjadi penyelenggara olimpiade 2020. Olimpiade diyakini bisa menarik investor di sektor properti baik untuk pembangunan, peremajaan sejumlah stadion dan venues, serta pengadaan fasilitas lain. Pembangunan jenis properti lain disinyalir juga akan lebih bergairah.
Olimpiade 2020 akan terkonsentrasi di kawasan Tokyo Bay. Selain Olympic Village, sebanyak 28 venues akan ada di sini, sebelas diantaranya adalah bangunan baru. Perkampungan atlit akan berdiri di Harumi Pier, Chuo. Dalam konsep Olympic Area, perkampungan ini akan menjadi sentra karena tepat di tengah dua zona, Heritage Zone dan Tokyo Bay Zone.
Perkampungan atlit dibangun di area seluas 4,4 ha sebagian besar hasil reklamasi.
Pemerintah Mentropolitan Tokyo berencana membangun gedung medium rise (setinggi rata-rata 14 lantai) sebanyak 5 ribu unit hunian. Ketinggiannya dibuat demikian agar lingkungan waterfront ini tetap terjaga. Selain itu ketika dihuni masyarakat umum pasca olimpiade, kawasan ini tidak terlalu padat. Kapasitasnya sekitar 12 ribu orang, tapi saat berlangsung olimpiade dapat menampung 17 ribu atlit dan team officials.
Tujuh venues lain berada di pusat kota Tokyo yang sebagian masuk Heritage Zone.  Kasumigaoka National Stadium (KNS) yang menjadi  venue utama berada di kawasan sini. KNS adalah stadion baru yang berdiri persis di situs stadion lama yang baru saja dihancurkan. Stadium baru rancangan Zaha Hadid Architects berkapasitas 80 ribu orang ini akan dibangun pada Oktober 2015. Targetnya, tahun 2019 sudah rampung, pengoperasian perdananya akan ditandai dengan penyelenggaraan Rugby World Cup.
Mengubah wajah kota
Harian lokal Nikkei menyebut, pembangunan beragam fasilitas dan real estat terkait olimpiade ini bakal mengubah wajah Tokyo. Tidak saja waterfront area tapi  juga kawasan tengah kota, seperti Nishi-Shinjuku yang sudah dipenuhi gedung perkantoran dan komersial di dekat Stadion Nasional. Redevelopment project yang akan dilakukan bukan membangun gedung baru melainkan untuk lebih membuat nyaman kawasan pencakar langit ini. Di sini akan tersedia jalur pedestrian beratap antara Stasiun Kereta Shinjuku dan Shinjuku Central Park, selain juga akan dibentuk shelter pada jalur-jalur penghubung antargedung.
Penataan distrik Shinjuku ditangani khusus pihak pemerintah pusat dengan dikeluarkannya regulasi zonasi khusus. Maklum kawasan bisnis ini bertetangga dengan kawasan perkantoran pemerintahan Kota Tokyo dan Jepang. Dalam regulasi baru tersebut 80% kawasan seluas 1 km2 ini dijadikan ruang publik yang dilengkapi jalur pejalan kaki. Pengguna jalan raya di kawasan ini dibatasi sehingga kedua sisi jalan tersebut dapat dimanfaatkan untuk kafe. Untuk menata kawasan ini yang akan dimulai pada Juni ini, pemerintah kota menggandeng sejumlah perusahaan, antara lain Sumitomo Realty & Development.
Selain Shinjuku kawasan Toranomon juga mengalami perubahan lansekap. Di kawasan yang cukup dekat dengan waterfront area ini sudah berdiri Toranomon Hills, sebuah gedung setinggi 52 lantai (247 meter). Gedung ini tertinggi kedua di Tokyo setelah Midtown Tower Roppongi. Toranomon (244.360 m2) merupakan gedung multifungsi mencakup perkantoran, residensial, dan ruang ritel. Lantai bagian atas dijadi hotel yang dikelola Andaz, luxury hotel brand di bawah grup Hyatt Hotels.
Cable car
Proyek yang berdiri di area seluas 1,7 ha dan didesain Nihon Sekkei Inc ini unik. Â Posisinya seakan memotong jalur Loop Road No.2, sebab sebagian jalur jalan itu masuk ke bagian bawah gedung (underpass), selain juga dibuatkan jalan melingkar. Proyek yang termasuk kategori redevelopment project ini dibangun Mori Building yang siap siap dioperasikan pada 11 Juni 2014.
Selain banyak proyek peremajaan, rencananya di Tokyo juga akan dibangun cable car dengan rute Shiodome – waterfront area.  Adalah Takaaki Yamazaki, Walikota Koto (bagian dari Tokyo)  yang mengajukan proposalnya, setelah berkunjung ke London dan melihat Thames cable car yang digunakan saat Olimpiade 2012. Proyek bernilai 194 juta dollar AS ini, menurut Yamazaki, nantinya dapat dimanfaatkan sebagai moda alternatif setelah olimpiade.
Mengacu pada kondisi Thames Gondola, untuk menyeberangi sungai terbesar di London sepanjang 1 km itu, cable car merentang di ketinggian 90 meter, di mana setiap gondola berkapasitas 10 orang dan mampu membawa 2.500 orang per jam. Saat ini pun masih digunakan sebagai moda transportasi, bahkan menjadi salah satu obyek wisata. Ayu
(berbagai sumber)
Â