Lahan luas memberikan keleluasaan menciptakan hunian yang fungsional Sekaligus Estettis.
Housing-Estate.com, Jakarta – Rumah yang menghadap ke barat ini terletak di sebuah jalan kecil di bilangan Ragunan, Jakarta Selatan. Lebar jalannya hanya bisa dilalui satu mobil. Di lingkungan itu rumah terlihat paling megah dengan pagar tembok menjulang. Ketika memasuki pintu pagar berkayu, suasana hunian layaknya sebuah vila di daerah pegunungan. Bukan hanya karena lingkungannya yang hijau, tapi juga lantaran lokasinya di ketinggian dengan kontur tanah berundak.

Rumah Asri di Lahan Berundak
Itulah tempat tinggal praktisi arsitek Syahnaz Taufik bersama keluarganya sejak dua tahun terakhir. Ia merancang rumah bertingkat seluas 400 m2 di atas tanah 1.000 m2 bergaya modern tropis. Dengan lahan yang luas, arsitek lulusan Universitas Trisakti (Jakarta) itu leluasa mendesainnya dengan konsep taman yang luas. “Sebelumnya semua anggota keluarga sudah mengidamkan sebuah rumah bertaman luas yang mengitari bangunan,” kata anak sulung dari tiga bersaudara ini.
Eksotis
Ia merancang taman, khususnya di bagian depan, mengikuti kontur tanah, sehingga menciptakan lansekap hijau yang eksotis dan asri. Untuk mencapai pintu utama di bagian depan, kita harus melewati banyak anak tangga. Dari area itu kita bisa memandang leluasa bagian bawah, depan, serta kanan dan kiri rumah. Taman dihiasi aneka jenis vegetasi, mulai dari tanaman hias, pohon buah, sampai sayur-sayuran.

Tampak depan rumah dengan hamparan taman terasering yang luas

Interior ruang tamu yang menyatu ruang keluarga

Ruang tidur Syahnaz
Sehari-hari rumah hanya ditempati Syahnaz, ibunya, adik terkecil dan seorang penjaga rumah. Adiknya yang lain ngekos di Grogol, sedangkan sang ayah bekerja di Malaysia. Namun, sang adik kerap pulang ke rumah untuk menyalurkan hobinya memasak. Sementara sang ayah sekali sebulan pulang ke Jakarta. Karena itu selain dilingkungi taman, ia mendesain rumahnya sebagai tempat berkumpul keluarga.
Ia merancangnya fungsional-estetis guna memenuhi kebutuhan dan kenyamanan semua penghuninya. Seluruh sisi bangunan berbentuk bungalow itu dibiarkan terekspos cahaya matahari. Beberapa pintu lebar seperti pintu lipat di ruang keluarga yang menghadap ke kolam, dihadirkan untuk memperlancar sirkulasi udara alami.
Rumah terdiri atas dua massa bangunan terpisah. Bangunan utama difungsikan untuk ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga, ruang makan, dapur, kamar mandi dan dua kamar tidur. Dinding ruang tamu disaput warna ungu sebagai warna favorit Syahnaz. Untuk mengakomodasi hobi kedua adiknya bermain musik dan semua penghuni berkaraoke, ia membuat ruang hiburan kedap suara di bangunan ini, ditambah studio untuk mixing suara di lantai dua.
Area kumpul
Di lantai dua selain ada dua kamar tidur dan ruang santai, terhampar balkon luas dihiasi pot-pot tanaman. Balkon bisa dicapai melalui area belakang lantai atas, atau lewat tangga luar dekat kolam renang. Di area ini disisipkan ruang tidur tamu yang dulu merupakan ruang kerja Syahnaz.

Area belakang sebagai area kumpul
Sementara bagian belakang lantai atas berukuran sekitar 30 m2 dirancang sebagai area servis kedua: dapur, kamar mandi penjaga rumah, plus gudang sementara. Untuk kemudahan perawatan, semua kusen jendela dan pintu menggunakan aluminium. Khusus dua ruang terakhir berada di lantai mezanin. Lantai di atasnya dijadikan ruang kongkow. Dapur kedua yang baru kelar pembangunannya itu dibuat untuk memudahkan pembuatan dan penyiapan masakan bila keluarga berkumpul di area belakang.

Dapur belakang bernuansa merah
Interior dapur kedua ini ketinggian plafonnya mencapai lima meter dan sengaja dirancang dengan dominasi warna merah untuk menggairahkan suasana memasak. Baik dapur maupun tempat kongkow di lantai atas memiliki tangga sendiri-sendiri. Menurut Syahnaz, keluarganya senang berkumpul dengan mengajak kerabat atau teman-teman. Karena itu ia mendesain beberapa area kumpul di rumah, terpusat di ruang-ruang luas terbuka di area belakang berdekatan dengan kolam renang.
Salah satu ruang kongkow berukuran 3 x 5 m2 persis berada persis di depan kolam renang, yang menjadi salah satu ruang favorit untuk berkumpul. Sedangkan ruang kongkow di bangunan belakang belum begitu dioptimalkan. “Sementara ini digunakan untuk menaruh kursi-kursi. Ibu saya gemar membeli kursi. Tiap kali ada model kursi baru, beliau pasti kepincut,” ujarnya.
Proyek Pertama
Sebelumnya Syahnaz dan keluarga tinggal di Jalan Pramuka, Jakarta Pusat, yang tidak mempunyai taman luas, sebelum membeli tanah di Ragunan. Harganya waktu itu hanya sekitar Rp1 juta/m2. “Pemilik tanah sedang BU (butuh uang),” katanya. Orang tuanya kemudian memintanya merancang desain rumah baru di atas tanah itu.
Untuk pertama kalinya perempuan kelahiran Bandung, 2 September 1985, yang saat itu masih kuliah semester akhir mendesain rumah yang benar- benar akan dibangun. “Saya memberanikan diri merancangnya walau banyak salah-salahnya,” kenangnya. Akhirnya rumah berdiri setelah melalui proses desain dan pembangunan selama setahun. “Biayanya sekitar Rp3 juta/m2 belum termasuk interior,” ungkap arsitek yang aktif sebagai penggiat Indonesia Berkebun, sebuah komunitas yang concern terhadap penghijauan lahan menganggur di perkotaan.
Ia beruntung karena proyek pertamanya berdiri di atas tanah luas. Jadi, ia tidak menemukan kesulitan berarti mendesainnya. Kendala baru dirasakannya saat merancang hunian kecil. “Untuk rumah kecil kita harus memerhatikan maksimalisasi ruang. Misalnya, membuat ruang multifungsi dengan pencahayaan dan sirkulasi alami yang diatur sebaik mungkin. Di situ tantangannya,” jelas lajang cantik yang berharap bisa mengambil master bidang lighting itu.
Sejak dua tahun lalu Syahnaz yang mengagumi arsitek Ridwan Kamil, bersama empat temannya mendirikan konsultan arsitektur dan interior Adab Desain di bawah bendera PT Gerakarya Sinergi Adiluhung. Selain pengerjaan interior rumah dan kantor, perusahaan juga sering menggarap proyek pameran dengan membuatkan booth.
Sumber: Majalah HousingEstate