Lihat tampilan baru di housingestate.id
Ukuran rumah yang kian terbatas tak memungkinkan lagi menyekat-nyekat ruangnya.
Housing-Estate.com, Jakarta – Rumah di perkotaan yang kian mungil membuat kita harus menyatukan beberapa fungsi ruang. Apalagi, hidup yang kian sibuk dan individualistis membuat sejumlah ruang tak fungsional lagi. Sebut saja teras, dulu perlu agak besar sebagai tempat bersantai dan menerima tamu. Tapi, kini siapa yang mau berlama-lama bertamu ke rumah kecuali kerabat dan teman akrab? Sebab itu teras menciut untuk menerima tamu, sementara ruang tamu hilang digantikan ruang keluarga (living room) sebagai tempat anggota keluarga bercengkerama sekaligus menerima kerabat dan teman dekat.

Karena menjadi tempat berakrab-akrab, living room boleh dibiarkan menerus tanpa sekat dengan ruang makan (dining room). “Living dan dining itu fungsinya sama, tempat berkumpul keluarga. Jadi kalau disatukan tidak mengganggu interaksi keluarga,” kata Dianing Mahdiawaty, desainer interior dari Cinnabar (Jakarta). Fungsi ruang pun menjadi kompak, efisien, dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Terlebih saat ini kebanyakan keluarga adalah pasangan suami istri yang bekerja, yang menuntut gaya hidup praktis dan dinamis dengan ruang di rumah yang lebih terbuka dan terkesan lapang. “Karena lifestyle itu kita berada dalam situasi komunikasi yang susah (dan terbatas). Dengan membuat ruang pada rumah menyatu, kalau orang tua sedang makan sementara anak menonton TV, komunikasi masih bisa terjalin,” ujar Ahsanul Haq, Principal konsultan design and build Adab Design (Jakarta).
Zoning
Menurut Wahyu Achadi, Direktur Home- Works, perusahaan design and build lain di Jakarta, penataan ruang kebanyakan rumah di perkotaan memang mau tak mau meniru apartemen. “Untuk itu perlu kompromi dan perubahan budaya,” katanya. Dengan ukuran rumah yang terbatas sudah tidak masuk akal membagi-bagi fungsi ruangnya secara ketat. “Harus disatukan menjadi sebuah open space yang besar. Nanti pemisahannya melalui perlengkapan di tiap area,” kata Ahsanul.
Misalnya, penempatan dua kursi di teras menandainya sebagai area penerima tamu yang bukan kerabat atau teman akrab. Sedangkan peletakan sofa dan meja makan menjadi penanda ruang keluarga dan ruang makan. Zoning berdasarkan furnitur itu bisa dipertegas dengan penambahan aksesoris. “Misalnya lukisan di ruang makan, foto-foto keluarga di ruang keluarga,” jelasnya. Zoning lain bisa dilakukan melalui aplikasi karpet di living room, warna keramik yang berbeda, atau menaikkan level lantai pada salah satu area.
TIPS

Wahyu menyarankan, pada rumah kecil sebaiknya pilih furnitur yang transparan dan tidak masif seperti meja makan dari kaca, credenza kaca, sehingga pandangan tetap bisa menerus.Sebaiknya tidak memecah fungsi ruang melalui pembedaan warna karena malah memberikan kesan mempersempit.
Pada ruang tidak boleh ada elemen yang saling tarik menarik atau “berkompetisi” menarik perhatian. Jadi, cukup satu perabot seperti lampu gantung atau yang lain sebagai pusat perhatian utama di ruangan yang disatukan.
Aplikasi gorden sebaiknya full dari plafon hingga ke bawah untuk menciptakan efek vertikal yang panjang dan menepis kesan sumpek.
Pajangan atau aksesoris diperlukan untuk memperlembut ruangan. Tapi, jangan terlalu banyak menggantung foto atau lukisan. Kita bisa menggunakan frame yang agak besar yang diisi banyak foto.
Sumber: Majalah HousingEstate
atau
Unduh versi digitalnya WayangForce, Scoop & Scanie.
Lihat tampilan baru di housingestate.id