Housing-Estate.com, Jakarta – AgungPodomoro Group (APG) mencetak rekor fantastis dalam pengembangan apartemen. Satu dasawarsa terakhir (2001 – 2014) APG berhasil membangun100 ribu unit apartemen. Berbeda dengan pengembang besar lain yang melirik kawasan pinggiran Jakarta untuk dibangun perumahan, APG justru fokus ke Ibu kota. Dia banyak membangun apartemen dengan mengusung slogan back to the city.
“Cara berpikir kami selalu terbalik, ketika mayoritas pengembang bergerak keluar dari Jakarta mengembangkan perumahan, APG justru kembali ke kota membangun apartemen,” ujar Indra W. Antono, Marketing Director APG, kepada housing-estate.com di Jakarta, belum lama ini.
Podomoro City
Selama lebih dari 10 tahun AGP sudah membangun kurang lebih 50 proyek apartemen. Mayoritas apartemen yang dikembangkan membidik kalangan kelas menengah yang pasarnya sangat gemuk. Karena itu penjualannya laris manis dan cepat berekspansi dengan mengembangkan proyek-proyek berikutnya. Sebagian besar apartemennya dikembangkan dalam kawasan superblok dengan memadukan hunian dengan fasilitas lain, seperti mal, perkantoran, komersial, hotel.
Beberapa superblok yang dikembangkan AGP di Jakarta antara lain Podomoro City, Kalibata City, Thamrin City, dan lain-lain. Di Podomoro City (22 ha) dikembangkan 15 tower apartemen sebanyak 10 ribu unit hunian. Selain segmen menengah AGP juga menggarap banyak membangun apartemen menengah abwah, seperti Kalibata City dan Gading Nias Residences. Di Kalibata City apartemen yang dibangun sebanyak 12 ribu unit. Sementara Gading Nias Residences sekitar 7 ribu unit. Kedua apartemen ini tadinya dirancang untuk rumah susun milik (Rusunami) tapi di tengah perjalanan diubah menjadi apartemen menengah karena ketidakjelasan subsidi dari pemerintah.
AGP juga mengembangkan apartemen di Bandung, Balikpapan, dan Medan. Di Bandung, Jawa Barat, AGP mengembangkan Parahyangan Residences sebanyak 1.522 unit. Sedangkan Borneo Bay Residences di Balikpapan sebanyak 1.110 unit.
Menurut Indra, 80 persen apartemennya dibeli konsumen pemakai (end user), sisanya investor. Komposisinya bisa demikian karena ruang gerak investor sengaja dibatasi. Konsumen yang mengalihkan apartemennya kepada orang lain sebelum ada Akta Jual Beli (AJB) dikenakan pinalti 16 persen. “Itu besar sekali, konsumen umumnya membeli satu unit, kalau pun untuk investasi paling untuk disewakan,” ujar Indra. Pras
