Housing-Estate.com, Jakarta – Kebangkitan industri properti menjadi diskusi hangat di kalangan pengembang dan pihak-pihak terkait. Kalangan pengembang optimis tahun ini kondisinya akan membaik, sementara sebagian yang lain meragukan. Ketua Umum Realestat Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata salah satu yang optimis sektor properti akan lebih bergairah. Cukup banyak indikator yang akan membuat industri ini membaik kendati kondisinya tidak bisa menyamai pertumbuhan properti tahun 2012-2013.
“Indikatornya mudah, tahun 1994 di saat bunga kredit 17,5 persen bisnis properti booming. Sekarang bunganya di bawah 10 persen, tentunya beli properti akan lebih menguntungkan,” ujar Soelaeman kepada housing-estate.com di Jakarta, Selasa (18/4).
Pada pertengahan tahun 1990-an itu ada sejumlah pengembang yang bisa menjual produknya hingga 1.000 unit dalam waktu singkat. Ia menduga situasi saat ini lebih karena faktor psikologis. Selain itu perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dalam beberapa hal justru berpengaruh negatif karena informasinya simpang siur. Gejolak ekonomi dan politik di suatu negara dengan cepat berimbas karena informasinya beredar sangat cepat dengan validitas dan akurasi berita beragam. Padahal di dunia setiap saat ada negara yang ekonominya bergejolak dan seharusnya tidak berpengaruh terhadap kondisi dalam negeri.
Menyinggung soal program tax amnesty yang dinilai tidak berdampak terhadap sektor propeti, Soelaeman menyatakan, program itu membuktikan adanya kapital dalam jumlah besar yang dimiliki sejumlah orang. Uang tersebut belum dibelanjakan karena pemiliknya ragu terhadap situasi ekonomi global dan lokal. “Jadi, kita harus menunjukkan bahwa property itu proyeksinya lebih jelas, tidak seperti investasi lain yang mudah bergejolak. Sekarang saatnya bekerja untuk menunjukkan properti itu oke untuk dibeli,” imbuhnya.