Housing-Estate.com, Jakarta – Konsultan properti global yang berkantor pusat di London, Inggris, Knight Frank, merilis data industri properti global hingga tahun 2014. Berdasarkan indeks residensial mewah internasional atau prime international residential index (PIRI), harga hunian mewah di dunia tahun 2014 rata-rata hanya naik sebesar 2 persen. Data ini diambil dari hasil survai di 100 kota utama di dunia.

Ilustrasi
Bali sebagai pasar hunian sekunder yang cukup ternama di Asia memiliki kinerja cukup menonjol dengan kenaikan mencapai 15 persen. Sementara Jakarta yang sempat memimpin di tahun 2012 dan 2013 turun ke peringkat 12. Kota-kota besar lainnya, seperti Beijing dan Guangzhou juga turun ke peringkat menengah dan Singapura menjadi kota dengan peringkat terbawah dari PIRI 100 kota.
Menurut Nicholas Holt, Head of Research for Asia Pasific Knigt Frank, perlambatan ini terjadi karena berbagai faktor, salah satunya adalah kebijakan makro suatu negara untuk meredam pasar residensial di negerinya. “Ini juga terjadi di Indonesia dengan kebijakan loan to value (LTV) dan penerapan pajak tinggi serta intervensi lainnya,” ujarnya kepada housing-estate.com saat paparan wealth report 2015 di Jakarta, Rabu (18/3).
Cina juga mengalami penurunan pasar residensial selama tahun 2014. Namun kota-kota besar lapis pertamanya terbukti cukup kuat menahan penurunan harga tersebut. Khusus untuk Indonesia dengan Jakarta dan Bali sebagai kota utama, kendati di pasar Asia terjadi penurunan, keduanya tetap tumbuh cukup mengesankan.
“Di balik pertumbuhan properti yang mengesankan, ada pertumbuhan orang kaya baru sebesar 138 persen dalam 10 tahun terakhir, pada dekade berikutnya diperkirakan akan meningkat lagi 66 persen, ini akan semakin membuat percepatan termasuk di sektor properti,” imbuhnya.