Housing-Estate.com, Jakarta – PP Properti, anak perusahaan PT PP (Persero) Tbk, makin agresif mengembangkan proyek-proyek properti komersial. Di Tanjung Duren, Jakarta Barat, perusahaan pelat merah itu akan mengembangkan kawasan bisnis atau central business district (CBD) dengan investasi Rp6 triliun. Lahan yang dikembangkan milik PT Pertamina seluas 4,6 ha.

Ilustrasi
Direktur Keuangan PP Properti, Indaryanto, mengatakan, saat ini pihaknya tengah menunggu izin dari Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan untuk mengelola lahan milik Pertamina tersebut. “Kesepakatan PP Properti dengan Pertamina sudah dilakukan sejak tahun lalu. Kami berharap perizinannya bisa segera selesai, setelah itu baru dikaji berapa share kepemilikan sahamnya antara kami dengan Pertamina,” ujar Indaryanto pada acara pencatatan saham perdana PP Properti di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (19/5).
Di proyek tersebut rencananya akan dibangun enam tower, satu tower akan digunakan untuk kantor Pertamina, lima tower lainnya dijual. Untuk mendukung ekspansi bisnisnya tahun ini PP Properti menganggarkan modal kerja (capital expenditure/capex) sebesar Rp800 miliar. Sebagian besar akan digunakan untuk akuisisi lahan dan menambah landbank.
Direktur PP Properi Galih Prihananto menjelaskan, dalam penjualan saham perdana (initial public offering/IPO) itu pihaknya menargetkan dana segar sebesar Rp908 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk ekspansi dan belanja modal.
“Kami akan fokus untuk mengembangkan proyek superblok di kota-kota besar. Setelah listing ini kami menargetkan laba bersih tahun 2015 sebesar Rp300 – 320 miliar. Sampai akhir Maret 2015 kami sudah membukukan laba bersih sebesar Rp80 miliar dari marketing sales Rp650 miliar,” imbuhnya.
Dalam IPO itu harga saham PP Properti ditetapkan sebesar Rp185 per lembar. Saat perdagangan dibuka harganya langsung naik 29,7 persen menjadi Rp240 per lembar saham. Galih mengatakan, pihaknya tidak terpengaruh beleid pemerintah mengenai pajak barang mewah yang akan dikenakan terhadap properti senilai Rp5 miliar ke atas karena produk yang ditawarkan rata-rata di bawah Rp2 miliar.