Housing-Estate.com, Jakarta – Perlambatan properti di tahun 2015 ini masih akan berlanjut yang diakibatkan oleh pengaruh depresiasi rupiah, stabilisasi ekonomi, dan persaingan. Menurut Suherman Herully, Director of Strategic Consulting JLL, sebuah perusahaan konsultan properti global, sektor yang paling terdampak perlambatan ini adalah perkantoran dan ritel.

Ilustrasi: Perumahan Paramount Landrumah
“Perlambatan untuk sektor perkantoran dari sisi pasokan dan penyerapan sementara sektor ritel terutama dari sisi pasokan karena adanya moratorium pembangunan mal di Jakarta yang masih berlanjut. Yang masih oke sektor residensial karena penjualannya masih cukup baik kendati ada perlambatan pertumbuhan harga ,” ujarnya saat paparan property market review & outlook di Jakarta, Rabu (15/4).
Sektor residensial khususnya untuk apartemen, lanjut Suherman, masih memiliki sentimen positif dan menjadi primadona bagi pelaku pasar dari dalam maupun luar negeri. Hanya saja, efek depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat tendesi para investor melakukan aksi wait and see.
Namun secara umum sektor residensial tetap mendapatkan respon yang positif dari pasar dan masih dianggap sebagai instrumen yang menarik oleh pasar pembeli properti meskipun masih dibayangi kondisi makro ekonomi yang bergerak lamban. Ini terbukti dari penyerapan sektor apartemen yang masih cukup baik.
“Ada sedikit peningkatan untuk penyerapan apartemen di triwulan pertama 2015 yaitu mencapai 4.600 unit dibandingkan triwulan terakhir 2014 sebanyak 3.900 unit. Karena itu developer masih tetap meluncurkan proyek apartemennya dan akan ada pasokan baru sebanyak 56 ribu unit hingga tahun 2018,” tandasnyaa.