Lihat tampilan baru di housingestate.id
Housing-Estate.com, Jakarta – Satu tahun terakhir kondisi perekonomian menunjukkan tren positif. Hampir seluruh indikator makro cukup bagus, misalnya inflasi rendah, kurs rupiah stabil, dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) juga rendah. Saat ini perbankan banyak yang menawarkan bunga satu digit, seperti bunga KPR BNI 8,4 persen (fixed 5 tahun). Seharusnya kondisi makro tersebut dapat menggerakkan pertumbuhan yang nantinya berdampak terhadap sektor properti.

Pembangunan Perumahan
“Dalam situasi normal, suku bunga rendah seperti saat ini harusnya sudah bisa untuk membuat sektor properti bergairah, tapi nyatanya hal itu tidak terjadi. Ini karena fundamental ekonomi kita masih lemah,” ujar Anton Sitorus, Director of Research and Consultancy Savills Indonesia, kepada housing-estate.com di Jakarta, Selasa (25/4).
Karena kondisinya seperti ini perekonomian hanya bisa tumbuh tipis dan tidak dapat menjadi generator bagi industri properti. Situasi serupa terjadi di pasar bursa yang sudah berlangsung dua tahun belakangan. Situasi ini memaksa sejumlah perusahaan, termasuk perusahaan pengembang, menunda rencana initial public offering (IPO).
Target produk domestik bruto (PDB) sebesar 5,1 persen juga belum signifikan untuk mendongkrak perekonomian. Anton mengatakan satu-satunya cara untuk memperbaiki situasi dengan menggenjot pertumbuhan lebih tinggi lagi. Ini dibarengi dengan mendorong peningkatan belanja pemerintah melalui pembangunan proyek-proyek infrastruktur.
Lihat tampilan baru di housingestate.id