Housing-Estate.com, Jakarta – Proyek reklamasi pantai utara Jakarta menghadapi problem berat. Menyusul kasus suap pembahasan Raperda Reklamasi yang melibatkan Agung Podomoro Land (APL) dan anggota DPRD DKI Jakarta kelangsungan proyek reklamasi tersebut menjadi tanda tanya. Masyarakat terutama calon konsumen akan mempertanyakan sejauh mana pengembangnya (APL) mau membereskan masalah ini.
“Kasus ini pasti akan berdampak pada penjualan proyek Agung Podomoro khususnya untuk Apartemen Pluit City yang akan dibangun di atas lahan reklamasi ini,” ujar Sekretaris Asosiasi Realestate Broker Indonesia (Arebi) Pranowo Lukito, kepada housing-estate.com di Jakarta, Senin (4/4).
Pluit City adalah proyek yang akan dibangun APL di lahan reklamasi seluas 160 ha yang dikenal dalam proyek reklamasi sebayai Pulau G. Pranowo mengatakan saat ini dampak langsungnya belum kelihatan karena kasusnya baru mencuat ke permukaan. Tapi pembangunannya pasti akan terhambat. Ia tidak dapat memprediksi penyelesaiannya akan berlangsung sampai karena ini juga tergantung lobi-lobi dengan pemerintah.
Secara ekonomis Pluit City tidak menjadi masalah, bahkan menurut Pranowo, harganya masih terus naik. Ia lupa berapa persen kenaikannya. Yang diingat saat ikut menjual proyek ini harganya sudah mencapai Rp30 jutaan per meter persegi. Padahal lokasinya masih berupa air laut dan belum dilakukan reklamasi. Kendati masalahnya cukup rumit Pranowo percaya APL akan memegang komitmennya dalam membangun Pluit City.
“Permasalah ini terjadi hanya karena perizinan terkait analisis mengenai dampak lingkungan (amdal), sementara perizinan yang lainnya seperti izin perinsip dan izin pembangunan sudah beres. Kita tunggu saja sampai kasusnya beres,” pungkasnya.
