Housing-Estate.com, Jakarta – Sejumlah kalangan menyatakan optimismenya tahun 2016 kondisi sektor properti akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Tapi menurut survei JLL Research Indonesia, sampai triwulan pertama 2016 kondisi sektor masih jalan di tempat (stagnan). Bahkan dibanding periode sama tahun lalu tingkat serapan apartemen turun tipis. Triwulan pertama 2015 terserap 77 persen, periode sama 2016 hanya terserap 72 persen.
Ilustrasi
Penurunan terbesar pada apartemen premium, sebaliknya ain apartemen menengah bawah mengalami peningkatan permintaan. Pertumbuhan harganya juga lebih stagnan dibandingkan periode sebelumnya. “Hal ini membuat kalangan developer lebih berati-hati dalam menentukan pricing produknya,” ujar Head of Residential JLL Indonesia, Luke Rowe, saat menyampaikan property market review an outlook 2016 di Jakarta, Rabu (6/4).
Stagnasi ini, terang Head of Advisory JLL Indonesia Vivin Harsanto, ini dampak lanjutan pelambatan ekonomi tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya penurunan nilai rupiah dan jatuhnya harga minyak dunia. Kondisi ini membuat kalangan developer lebih cermat dan menahan diri dalam pengembangan apartemen.
“Sektor residensial yang masih baik hunian di sekeliling kawasan industry, konsumennya para pekerja industri. Makanya banyak yang mengembangkan proyek di kawasan industri karena pasarnya lebih terjamin,” ujarnya.
Secara umum sektor properti masih cukup prospektif karena tingginya kebutuhan, sementara suplainya masih terbatas. Saat ini suplai apartemen eksisting di Jakarta dan sekitarnya sekitar 113.508 unit. Ke depannya (future supply) kawasan greater Jakarta akan menyuplai 72 ribu unit apartemen dengan tingkat penyerapan sekitar 72 persen.
