Housing-Estate.com, Jakarta – Kawasan suburban atau kota-kota penyangga Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Bodetabek), masih tetap tumbuh kendati pasar properti secara umum mengalami penurunan. Pertumbuhan apartemen paling menyolok di Bekasi, Jawa Barat, sebanyak 30 proyek. Pembangunan hunian vertikal itu didorong permintaan yang cukup besar terutama dari kalangan pekerja industri, infrastruktur memadahi, dan harga yang cukup terjangkau.
Ilustrasi : pembangunan apartemen di Bekasi via: okezone.com
Anton Sitorus, Direktur Riset Savills PCI, perusahaan konsultan properti, menyebutkan kalau pasar apartemen di Jakarta turun hingga 50 persen, di kawasan suburban justru tetap tumbuh sebesar 5-10 persen. “Di pinggiran Jakarta masih naik karena harganya menarik, ada yang menawarkan Rp10 – 12 juta per meter persegi. Tapi ada dampak buruk bagi kawasan dengan perkembangan apartemen yang begitu masif,” ujar Anton kepada housing-estate.com di Jakarta, Selasa (24/11).
Anton memprediksi kawasan Bekasi akan mengalami kejadian seperti Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Pembangunan apartemen besar-besaran dalam waktu bersamaan akan mengerek harga secara berlebihan. Pengembang akan menaikkan harga apartemennya secara berkala dan sistimatis sehingga konsumen yang membeli merasa mendapat untung.
“Pola-pola “menggoreng” harga seperti ini akan terus berulang di berbagai daerah seiring perkembangan kawasannya,” imbuhnya.
Secara sosial ledakan pembangunan apartemen di berbagai kawasan belum menimbulkan dampak buruk. Kendati demikian pemerintah perlu mengatur secara ketat dan membuat zonasi dimana boleh dibangun high rise, middle rise, dan low rise apartment.
Anton menyebut pembangunan properti di Bekasi diuntungkan dengan banyaknya pengembangan proyek infrastruktur. Misalnya pembangunan jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), jalur kereta double-double track, dan proyek light rail transit (LRT).
