Lihat tampilan baru di housingestate.id
Housing-Estate.com, Jakarta – Pembangunan rumah murah sebetulnya tidak ada yang dirugikan. Pengembang, masyarakat, dan pemerintah diuntungkan. Seorang pengurus REI Sumatera Selatan mengatakan membangun rumah sederhana atau hunian bersubsidi menguntungkan tapi tidak sebesar keuntungan rumah menengah atau menengah atas. Kalau para pengembang saat ini terkesan ogah-ogahan membangun rumah bersubsidi itu karena trauma masa lalu.
“Pemerintah menjanjikan akan memberi berbagai kemudahan dan insentif bagi pengembang rumah bersubsidi, nyatanya itu tidak ada. Akibatnya para pengembang rugi. Karena itu banyak pengembang khususnya di Sumsel kemudian memilih membangun rumah murah non subsidi,” terangnya kepada housing-estate.com di Palembang, Kamis (30/4).
Ia menyebutkan keuntungan membangun rumah bersubsidi cukup lumayan. Dengan harga Rp100 juta per unit, kalau membangun seribu unit berarti omsetnya mencapai Rp100 miliar. “Kalau untungnya 10 – 15 persen berarti kita dapat untung Rp10 – 15 miliar. Lumayan kan, kita bisa beli Alphard juga,” katanya.
Karena itu ia menyambut positif program pembangunan sejuta rumah untuk kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Ia mengakui untuk membangun rumah murah itu mendapatkan kemudahan dari pemerintah, misalnya pembebasan biaya-biaya perizinan, bantuan infrastruktur, dan sebagainya.
“Masyarakat juga menerima banyak kemudahan mulai subsidi bunga, uang muka 1 persen, dan bantuan uang muka. Pengembang juga untung karena kalangan pembelinya menjadi lebih luas sehingga omzet bisa lebih besar,” imbuhnya.
Lihat tampilan baru di housingestate.id