Sedikitnya 50 orang Mahasiswa Pencinta Alam Makassar memperingati Hari Bumi Internasional dengan membagi-bagikan bibit kepada pengendara kendaraan roda dua dan empat di kawasan “flyover”.
“Ini adalah bentuk kepedulian kita dalam memperingati Hari Bumi Internasional setelah mencermati kondisi bumi kita yang semakin tergerus dengan peradaban kehidupan manusia,” kata Korlap Aksi Peringatan Hari Bumi Internasional Marwan di Makassar, Selasa.
Pada kegiatan tersebut, mahasiswa (Mapala) membagikan sebanyak 500 bibit tanaman dari Dinas Kehutanan Sulsel seperti pohon mahoni, trembesi dan ketapang kepada pengendara yang melintas di “flyover” atau persimpangan Jalan AP Pettarani dan Jalan Urip Sumoharjo.
Selain itu, juga menggelar aksi teatrikal dengan membuat bola besar sebagai simbol bumi yang digelindingkan oleh empat orang yang berbalur cat hijau pada tubuhnya.
“Kondisi bumi yang didalamnya termasuk hutan, air dan ekosistem sungguh sangat memprihatinkan, karena itu semua harus kembali sadar diri untuk menjaga bumi,” kata Marwan.
Khusus di Sulsel, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel melansir bahwa dalam satu dekade terakhir, luasan hutan terus berkurang dari 2,1 juta hektar menjadi 1 juta hektar. Degradasi lahan itu dipicu alih fungsi dan pembalakan liar.
Luas hutan idealnya 30 persen dari luas wilayah, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dengan luas wilayah 64 juta hektar, luas hutan di Sulawesi Selatan mestinya 19,2 juta hektar.
Adanya defisit hutan seluas 18,2 juta hektar itu, dipicu oleh pemerintah yang kurang menempatkan perlindungan hutan sebagai prioritas.
Hal itu terlihat dari alih fungsi lahan dan pembalakan liar yang berlangsung selama 10 tahun belakangan. Hutan umumnya berganti menjadi tambang dan perkebunan. Ant