Housing-Estate.com, Jakarta – Pergerakan positif sektor properti yang mulai terasa mulai kuartal ketiga 2016 masih terbilang sangat tipis. Menurut riset Indonesia Property Watch (IPW), pertumbuhan sektor properti selama tahun 2016 sebesar 8,1 persen.
“Salah satu penyebab properti belum bergerak naik secara signifikan karena para konsumen investor masih menunda pembelian terkait situasi di dalam negeri. Terlebih dana asing di pasar modal keluar Rp900 miliar yang menjadi isu negatif bagi para investor,” ujar Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif IPW di Jakarta, Jumat (7/1).
Pemilihan kepala daerah juga menjadi faktor lain yang membuat konsumen sementara ini wait and see sehingga menunda pembelian dan berinvestasi di sektor properti. Selain itu masih cukup banyak isu negatif yang membuat sektor ini tidak juga menggeliat kendati sudah cukup banyak sentimen positif khususnya yang didorong oleh pemerintah melalui regulasi.
Sebelumnya banyak kalangan meramalkan segmen menengah atas dan premium akan bergerak lebih dinamis karena faktor tax amnesty. Tapi ini tidak terjadi, segmen menengah ke bawah masih menjadi penopang industri properti dengan persentase di atas 41 persen. Segmen ini ke depan masih akan mendominasi karena kebutuhannya memang sangat besar.
Ali juga mengungkapkan penjualan apartemen masih didominasi pembayaran cash keras dan tunai bertahap. Karena itu pertumbuhan KPR dan KPA tidak seperti yang diharapkan. “Kalau bicara siklus mestinya properti sudah mulai naik namun terhambat oleh beberapa faktor yang sifatnya eksternal,” imbuhnya.