Lihat tampilan baru di housingestate.id
Housing-Estate.com, Jakarta – Perusahaan percetakan uang Republik Indonesia atau Peruri kepincut bisnis properti. Ia punya aset berharga berupa tanah seluas 5 ha di kawasan bisnis yang sudah berkembang pesat. Lokasinya Jl Faletehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, di sudut perempatan jalan dekat Blok M yang dikenal dengan CSW. Disebut CSW (Centrale Stiching Wedropbow) karena perusahaan pemerintah Hindia Belanda yang bergerak di bidang properti itu dulu berkantor di kawasan tersebut. Tanah Peruri itu letaknya berseberangan dengan Kejaksaan Agung dan Kantor Sekretarian Asean.
Untuk memberikan nilai tambah kepada perusahaan tanah tersebut oleh Peruri akan dikembangkan menjadi kawasan superblok atau mixed use development. Di situ akan dibangun apartemen, hotel, pusat perbelanjaan, dan perkantoran. Untuk mengembangkan proyek ini Peruri menggandeng sejumlah perusahaan BUMN.
“Kami mengajak Adhi Karya, Amarte Karya, Brantas, Abipraya, Hutama Karya, Istaka Karya, Pembangunan Perumahan (PP), Nindya Karya, Waskita Karya, Wijaya Karya, dan Perumnas untuk meneken kesepahaman (MOU). MOU ini merupakan tahap awal untuk mengembangkan lahan yang kami miliki. Proses selanjutnya ada lelang, tender, dan seterusnya,” ujar Eddy Kurnia, Head of Corporate Secretary Peruri, kepada housing-estate.com di Jakarta, Jumat (29/1).
Saat ini lahan tersebut masih digunakan sebagai kantor pusat Peruri. Sementara kantor produksinya dipusatkan di Karawang, Jawa Barat, yang melayani pencetakan uang, meterai, paspor, surat tanah, dan dokumen berharga lainnya. Kantor di Karawang menempati area seluas 202 ha. Eddy menyebutkan pegawai Peruri yang berkantor di Jl Faletehan hanya 10 persen. Karena itu area yang bisa dikembangkan masih luas. Peruri akan tetap berkantor pusat di sini karena dekat dengan kawasan bisnis. “Optimalisasi lahan ini untuk memperkuat core bisnis kami sehingga akselerasi Peruri lebih cepat. Ini juga untuk memperluas portofolio usaha,” imbuhnya.
Karena itu selain lahan di kantor pusat, Peruri juga akan mengembangkan lahan-lahan lain yang dimiliki. Aset tanahnya antara lain di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan Gadog-Ciawi, Bogor. Pengembangannya menunggu proyek superblock di Jl Faletehan berjalan.
Eddy menjelaskan hingga tahun 2015, Peruri membukukan pertumbuhan memuaskan. Tahun 2012 pendapatan Peruri sebesar Rp1,39 triliun dengan laba bersih Rp23,4 miliar, tahun 2015 pendapatannya lebih dari Rp3 triliun dengan laba lebih Rp284 miliar.
Lihat tampilan baru di housingestate.id