Lihat tampilan baru di housingestate.id
Housing-Estate.com, Jakarta – Warga Cina daratan punya tradisi menjelang hari raya Imlek dengan merayakan bersama keluarga di kampung halaman. Masa keramaian yang biasa disebut Chunyun atau festival musim semi ini sudah terasa sejak tengah Desember, sebab perhitungan pergantian tahun terjadi di akhir Januari atau awal Februari. Nah, saat ini calon pemudik akan memenuhi semua stasiun, terminal dan bandara di kota-kota besar Tiongkok.
Dari semua jenis moda, kereta lebih dipilih karena hampir semua kota di Cina sudah dilayani jenis moda ini. Selain juga harga tiketnya lebih terjangkau. Mengutip CNN, menurut pemerintah Cina, menjelang perayaan Tahun Ayam ini pengguna kereta mencapai 356 juta, sementara pesawat hanya 58 juta dan kapal laut 43 juta. Itu catatan untuk periode selama 40 hari, atau kira-kira ada hampir 9 juta pemudik per hari menggunakan kereta. Jumlah lebih fantastis tercatat pada tahun lalu. Pada waktu puncak, 13 Januari 2016, China Railway Corporation mencatat pemudik dengan kereta mencapai 10,3 juta orang. Jumlah itu meningkat 9,1 persen dari tahun sebelumnya dan ini kejadian pertama jumlah penumpang kereta lebih 10 juta dalam satu hari. Tidak heran, kalau banyak media asing menyebut Chunyun jadi periode migrasi terbesar di dunia.
Tahun 2017 kereta makin favorit karena beberapa kota sudah terlayani jaringan kereta cepat. Perjalanan menjadi semakin singkat, Shanghai-Kunming (2.252 km) dapat ditempuh delapan jam. Dengan kereta
kereta biasa perlu waktu 16 jam. “Perjalanan mudik artinya harus siap duduk sepanjang hari dan ini rasanya lebih menyiksa daripada harus kerja lembur di malam hari,” kata Xu Rui, seorang pekerja dari Propinsi Guangdong. Itu cerita masa lalu, “Sekarang, saya bisa berangkat pagi dan malamnya saya sudah bisa berkumpul di kampung halaman,“ ujarnya senang.
Demi kenyamanan itu pemudik pengguna kereta cepat memang harus rela merogoh kocek lebih dalam. Untuk rute Shanghai-Kunming, tarifnya 879 yuan atau sekitar Rp 1,7 juta untuk tiket kelas dua. Bandingkan dengan kereta biasa yang tiketnya hanya berharga 500 yuan atau kurang dari satu juta rupiah, tapi waktu tempuhnya berlipat-lipat kali.
Dengan waktu tempuh yang lebih pendek, kereta cepat ini diyakini makin jadi pilihan pekerja muda. Apalagi kenyamanan yang ditawarkan lebih baik daripada kereta biasa yang tempat duduknya sempit, bau dan antrian panjang di toilet. Sebaliknya di kereta cepat, tempat duduknya bisa diatur, toiletnya bersih, tersedia soket listrik dan wifi. Untuk membeli tiket, penumpang juga tidak perlu antre, karena bisa dibeli lewat situs online, bahkan sudah ada aplikasinya di telepon genggam. Di beberapa rute, penumpang juga bisa memesan makanan di awal, lewat situs tersebut.
Karena makin banyak peminat, frekuensi perjalanan kereta cepat juga makin banyak. Contohnya kereta cepat rute Guangzhou – Nanning, ibukota daerah khusus Guangxi Zhuang di barat daya Tiongkok, bahkan hanya berjarak 11 menit. Sudah mirip jadwal bus ulang alik.
Rute Shanghai-Kunming adalah salah satu rute kereta cepat yang sudah selesai seluruh jalurnya pada koridor barat – timur dan peresmiannya baru pada akhir Desember 2016. Berdasarkan rencana induk pemerintah Tiongkok 2011-2015, ada delapan koridor kereta cepat yang sedang diselesaikan, masing-masing empat rute untuk barat-timur dan utara selatan. Targetnya, sebelum 2020, 80 persen kota besar di Tiongkok akan terhubung dengan kereta cepat dengan jalur sepanjang 30 ribu km.
Menurut International Union of Railways and the European Railway Agency, jaringan kereta cepat Tiongkok adalah yang terbesar di dunia dan tercatat sebagai jaringan kereta teraman sejagat. Tidak cuma itu, pun tercatat sangat tepat waktu. Menurut data 2015, tingkat ketepatan waktunya 98,8 persen untuk keberangkatan dan 95,4 persen untuk kedatangan.
Sumber: Xinhua, CNN dan Travel China Guide
Lihat tampilan baru di housingestate.id