Jangan Berharap Harga Properti Bisa Naik 10%

Housing-Estate.com, Jakarta – Kenaikan nilai properti yang sangat tinggi saat booming tahun 2010-2012 tampaknya sulit terulang. Kenaikan harga properti ketika itu bisa mencapai 25 persen/tahun, bahkan lebih. Pengembang berlomba meluncurkan produknya dan banyak masyarakat tergiur untuk karena mengharapkan capital gain yang tinggi tersebut. Sejalan dengan memburuknya kondisi makro ekonomi dan keluarnya sejumlah regulasi sejak tahun 2013 hingga sekarang pertumbuhan nilai properti terus menurun khususnya apartemen.

“Sejak tahun 2013 kenaikan properti year on year tidak lebih besar dari gross domestic product (GDP) yang hanya 5% lebih sedikit. Bahkan kenaikan (harga) apartemen pada tahun 2016 rata-rata hanya 3,8 persen. Jadi properti bakal naik tinggi seperti tahun 2012 rasanya nggak akan terjadi lagi,” ujar Aleviery Akbar, Associate Director Residential Colliers International Indonesia, perusahaan konsultan properti, kepada housing-estate.com di Jakarta, Kamis (5/1).

Aleviery memprediksi kenaikan nilai properti paling tinggi sama dengan kenaikan GDP. Kecuali di beberapa lokasi masih ada yang kenaikannya cukup tinggi. Karena itu konsumen perlu lebih cermat dan hati-hati dalam memilih produk dan lokasi properti yang hendak dibeli. Pengembangan proyek infrastruktur kendati bisa meningkatkan nilai properti kenyataannya pengaruhnya tidak terlalu signifikan.

“Sejak beberapa tahun lalu pengembang dalam memasarkan produknya sudah mengandalkan kedekatan dengan jalan tol dan stasiun kereta tapi itu tidak membuat penjualannya naik signifikan. Jadi, tahun ini untuk mendapat capital gain 10 persen rasanya tidak mungkin,” imbuhnya.