Housing-Estate.com, Jakarta – Hingga triwulan ketiga 2015 sektor residensial masih terus mengalami pelambatan. Menurut indeks pertumbuhan properti yang dirilis Bank Indonesia (BI), Rabu (25/11), pada periode triwulan dan tahunan masing-masing melambat 0,99 persen (qtq) dan 5,46 persen (yoy). Perlambatan ini tercermin dari turunnya pertumbuhan penjualan properti residensial dari 10,84 persen pada triwulan dua menjadi 7,66 persen pada triwulan ketiga. Â Rumah menengah ke atas mengalami penurunan paling signifikan.

Ilustrasi
Menurut data BI tersebut wilayah Lampung tidak mengalami pertumbuhan sama sekali (0 persen). Batam masuk pengecualian, di kawasan ini sektor residensialnya tumbuh 5,95 persen, khusus hunian menengah ke atas tumbuh 8,07 persen. Tumbuhnya residensial di Batam itu didorong sektor industri dan pembangunan infrastruktur.
Perlambatan lainnya tercermin dari realisasi KPR yang turun 1,08 persen (qtq). KPR masih menjadi sumber pembiayaan utama perumahan dengan tingkat suku bunga rata-rata 9-12 persen. BI juga mengungkapkan untuk melakukan pembangunan kebanyakan perusahaan pengembang menggunakan dana internal. Dana tersebut bersumber dari laba ditahan yang nilainya mencapai 41,17 persen.
BI menyebutkan perlambatan sektor residensial antara lain disebabkan kenaikan harga bahan bangunan (31,83 persen), upah pekerja (23,17 persen, dan BBM (18,56 persen). Hingga awal tahun 2016 BI memprediksi sektor properti masih akan mengalami perlambatan kendati tidak akan sebesar tahun ini.