Housing-Estate.com, Jakarta – Pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung diprediksi memicu pertumbuhan kawasan dan meningkatkan aktifitas perekonomian. Proyek garapan investor asal negeri Cina ini memangkas perjalanan Jakarta – Bandung menjadi kurang dari satu jam. Namun, menurut Vivin Harsanto, Head of Advisory JLL Indonesia, perusahaan konsultan dan manajemen properti, proyek ini tidak secara linier berdampak langsung pada peningkatan sektor properti.
Vivin mengakui pembangunan infrastruktur dan konektifitas wilayah akan memicu pertumbuhan wilayah. Tapi proyek kereta cepat Jakarta – Bandung kasusnya spesifik karena yang banyak memanfaatkan kereta ini nantinya warga Bandung dan Jakarta. Sementara masyarakat di sepanjang lintasan kereta kebutuhannya belum tentu sama dengan warga dua kota besar itu.
“Kebutuhan masyarakatnya harus dilihat, misalnya di Purwakarta apakah warganya butuh ke Jakarta atau Bandung dengan kereta cepat. Pengembangan kawasan baru di dekat stasiun kereta cepat ini harus melihat kebutuhan penduduk,” ujar Vivin saat menyampaikan Jakarta Property Market di Jakarta, Rabu (6/4).
Jalur kereta cepat Jakarta-Bandung membentang sepanjang 140,9 km yang akan berhenti di empat stasiun, yaitu Stasiun Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar (kawasan Gedebage). Rencananya di setiap stasiun ini akan dikembangkan dengan konsep transit oriented development (TOD) untuk mendorong terbentuknya sentra-sentra ekonomi baru di koridor lintasan Jakarta-Bandung ini.
“Setiap pengembangan kata kuncinya harus ada kebutuhan, kalau misalnya orang Karawang butuh ke Jakarta, jalur pasti bisa tumbuh. Tapi secara keseluruhan pertumbuhannya bakal lama, mungkin bisa mencapai lima tahun setelah kereta cepat ini beroperasi. Nggak bisa cepat,” pungkasnya.