Housing-Estate.com, Jakarta – Kondisi pasar properti yang tengah lesu harus disiasati dengan berbagai cara baik dari kalangan pengembang maupun perbankan. Menurut Suryanti Agustinar, Senior Vice President Non Subsidized Mortgage & Consumer Lending Division Bank BTN, salah satu strategi yang diterapkan Bank BTN adalah menggenjot kredit konstruksi untuk para pengembang.

Ilustrasi
“Sejak ada aturan loan to value (LTV) developer menerapkan cara pembayaran tunai bertahap hingga 3-5 tahun, rata-rata pembeli apartemen juga pembeli rumah kedua sehingga tidak mudah untuk mendapatkan KPA. Makanya salah satu strateginya adalah dengan menggenjot kredit konstruksi agar pembangunan jalan terus yang pada ujungnya bisa memperbesar porsi KPR maupun KPA,” ujarnya di acara diskusi media yang difasilitasi oleh Megapolitan Developmen, di Jakarta, Kamis (7/5).
BTN menargetkan penyaluran kredit konstruksi secara nasional hingga Rp20 triliun pada tahun 2015. Penyaluran kredit terbesar dialokasikan untuk para developer yang mengembangkan proyeknya di kawasan Jabodetabek dan Bandung, mencapai 60 persen.
Selain itu, BTN juga akan semakin memerhatikan pembiayaan kredit konstruksi maupun KPR-KPA untuk proyek-proyek mixed use development yang berskala besar. Hal ini dikarenakan proyek mixed use development lebih memiliki segmen pasar yang beragam selain banyaknya properti yang akan dibangun di dalam kawasan tersebut. “Jadi segmen marketnya lebih luas dan seiring progres proyeknya kredit yang kita berikan akan semakin besar kemudian berlanjut ke KPR dan KPA ketika developernya mulai berjualan,” imbuhnya.
Bunga kredit konstruksi BTN tidak jauh berbeda dengan bunga KPR yaitu antara 12-13 persen.