Housing-Estate.com, Jakarta – Jika ada long weekend cobalah Anda agendakan plesiran ke Dieng, salah satu dataran tinggi yang memiliki tempat wisata menarik di Jawa Tengah. Dieng berada di perbatasan dua kabupaten, maka itu ada sebagian obyek wisata yang masuk wilayah Banjarnegara dan Wonosobo. Dieng terletak kurang lebih 30 km dari kota Wonosobo, di sebelah barat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.

Untuk mencapainya sangat mudah. Banyak perusahaan trevel yang menawarkan penjemputan di Kota Purwokerto, Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Kalau Anda dari Jakarta, jika naik pesawat kami sarankan memilih meeting point penjemputan di Yogyakarta. Dengan naik kendaraan pribadi Yogya-Wonosobo hanya sekitar 2,5 jam. Sedangkan jika naik kereta kami sarankan memilih meeting point di Purwokerto. Dari kota ini ke Wonosobo juga sekitar 2,5 jam.
Dan, jika membawa mobil sendiri dari Jakarta, Anda bisa melalui tol Cipali exit Pejagan, belok kanan ke Bumiayu-Purwokerto-Banjarnegara-Wonosobo, dengan waktu tempuh kurang lebih 8-9 jam.
Bagi Anda yang tidak tahan suhu dingin Dieng yang pada saat dini hari bisa sampai di bawah 10 derajad celcius, kami sarankan menginap di kota Wonosobo saja. Suhu udaranya sangat nyaman di kisaran 20-25 derajad. Dari Wonosobo ke Dieng sekitar 30 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi kurang lebih 1 jam. Tapi bagi Anda yang memang sengaja ingin merasakan sensasi menginap di daerah berketinggian di atas 1500 m dpl, menginap di Dieng akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Lebih-lebih jika bermalamnya pada bulan Juni-Oktober suhu udara pada dini hari bisa mencapai nol derajad celcius.
Hal lain yang menyenangkan berwisata di Dieng, tempat-tempat wisatanya cukup bersih. Di samping itu biaya makannya juga murah. Sebagai gambaran, pada saat libur akhir tahun 2016 lalu lima orang makan model prasmanan dengan lauk empat potong ayam kampung, satu ekor burung puyuh, empat telur dadar, dengan sayur nangka, daun papaya, labu siam, dan jengkol, serta lima gelas teh manis hanya Rp85 ribu. “Kami hanya menghitung lauknya saja,” kata penjualnya.
Berikut obyek-obyek wisata yang menarik dikunjungi di Dieng.
Theatre

Theatre
Di kawasan dataran tinggi Dieng ada dua tempat pemutaran film (theatre). Yaitu di Musium Kailasa yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara, dan di Dieng Plateau Theatre (DPT) yang masuk wilayah Kabupaten Wonosobo. Sebelum mengunjungi sejumlah obyek wisata di sini ada baiknya jika kita menyaksikan pemutaran filmnya dulu. Di theatre DPT semua keingintahuan wisatawan tentang seluk beluk Dieng akan dijelaskan dengan perangkat audio visual melalui pemutaran film dengan judul “Dieng Negeri Khayangan” atau “God Adobe” yang bedurasi 23 menit.
Film ini menjelaskan tentang asal-muasal terjadinya Dataran Tinggi Dieng yang berawal dari letusan gunung raksasa, kejadian geologi, seni dan budaya, obyek wisata, kehidupan sosial masyarakat Dieng, letusan Kawah Sinila yang sangat terkenal di Indonesia, sejarah rambut gembel anak-anak Dieng, Tradisi Ruwat Cukur rambut gembel, sampai fenomena “Bun Upas” atau embun di daun membeku yang sangat fenomenal, dimana di dataran tinggi Dieng pada musim kemarau suhunya sampai nol derajad celcius diselimuti salju tipis mirip di negara-negara Eropa.
Museum Kailasa

Museum Kailasa
Meskipun berada di kawasan wisata Dieng, Musium Kailasa berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Nama museum diambil dari nama salah satu gunung tempat tinggal Dewa Syiwa karena semua peninggalan kepurbakalaan (candi, patung, dan prasasti) di Dieng sangat identik dengan pemujaan terhadap Dewa Syiwa.

Komplek Candi Arjuno
Lokasi museum Kailasa berada di kaki bukit pangonan yang menurut penuturan warga setempat banyak ditemukan berbagai peninggalan sejarah, atau tepatnya di seberang Candi Gatutkaca, dan beberapa ratus meter dari kompleks Candi Arjuna.
Di dalam museum kita dapat melihat benda-benda cagar budaya seperti patung Dewa Syiwa, patung sapi sebagai kendaraan Dewa Syiwa, patung Ganesha, dan benda-benda lain peninggalan sejarah Hindu Jawa kuno abad ke 7 – 8 Masehi, di samping menyaksikan film documenter tentang Dieng. Di area museum kita juga dapat beristirahat di gazebo – gazebo kecil di bagian atas pekarangan museum sembari menyaksikan pemandangan desa Dieng, candi Gatutkaca, dan komplek candi Arjuna.
Telaga Warna

Telaga Warna
Sesuai namanya, Telaga Warna airnya sering berubah-ubah. Lokasinya sangat mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Area parkirnya juga cukup luas, bisa menampung sekitar seratus mobil. Begitu masuk gerbang kita langsung dapat melihat keindahan danau ini yang dikelilingi oleh gugusan bukit dan masuk kawasan cagar alam. Telaga Warna didominasi warna hijau agak tua, hijau muda, dan gradasi sampai agak coklat.
Telaga warna sudah terkenal sejak jaman kolonial Belanda karena keindahannya. Dengan Telaga Pengilon lokasinya hanya dipisahkan oleh daratan yang menyembul keluar yang ditumbuhi ilalang. Pengunjung dapat berkeliling dengan jalan kaki menyusuri jalan setapak yang sudah dibeton untuk melihat dari dekat keindahan telaga ini. Pengunjung juga akan menyaksikan beberapa sudut telaga yang masih mengeluarkan gelembung-gelembung air yang kata masyarakat setempat berasal dari mata air. Bau belerang tercium kuat di pinggir telaga, maka bagi pengunjung yang sensitive penciumannya disarankan memakai masker. Air belerang ini apabila terkena sinar mata hari katanya akan memantulkan cahaya yang menyebabkan air danau berwarna warni. Sedangkan cerita mitos yang telah turun temurun, dulunya air telaga yang bening ini menjadi tempat mandinya Dewi Nawang Wulan, sampai suatu ketika ada kain selendang pelangi yang dipakai para bidadari ini tertinggal di kedalaman dan menjadikan air yang semula bening tersebut menjadi berubah warna warni hingga sekarang ini.
Goa Semar

Goa Semar
Masih satu hamparan dengan telaga seluas seluas 39 ha ini terdapat beberapa goa, yaitu Goa Sumur, Goa Jaran, dan goa semar. Goa-goa tersebut masih sering dikunjungi orang untuk melakukan meditasi ataupun untuk keperluan lain, sedangkan di dalam goa Sumur terdapat air yang sangat disucikan oleh sebagian besar masyarakat Bali yang memiliki keterkaitan keturunan dengan masyarakat Dieng dan sering disebut Tirta Perwita Sari atau air kehidupan. Di dalam goa ini memancar aroma harum bunga, akan tetapi tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam goa ini kecuali sudah ijin dan diantar oleh juru kunci gunung Dieng. Soeharto, Presiden Republik Indonesia ke-2 kata masyarakat setempat dulu sering menyendiri di Goa Semar ini.
Telaga Pengilon

Telaga Pengilon
Lokasinya bersebelahan dengan telaga warna. Airnya jernih sekali, saking jernihnya bisa dipakai untuk berkaca atau bercermin, atau dalam bahasa Jawa disebut pengilon. Telaga Pangilon airnya jernih sepanjang tahun, sedangkan telaga warna airnya sering berubah-ubah warnanya. Telaga pangilon masuk wilayah desa jojogan, hanya untuk menjangkaunya lebih mudah melalui desa Dieng, masuk melalui pintu gerbang Telaga Warna. Sayang jalan setapaknya belum dibeton seperti di sekeliling Telaga Warna, sehingga kala hujan turun aksesnya becek dan licin.
Telaga Pengilon merupakan tempat yang cocok dipakai seseorang untuk melakukan introspeksi diri, tempat untuk melihat kedalam lubuk hati terdalam, tempat yang dapat menunjukkan keaslian diri seorang manusia, paling tidak itulah keyakinan yang berkembang dan dipercaya sampai sekarang, dengan bercermin di telaga pengilon kita akan melihat kecantikan/ keelokan wajah kita. Jika kita memiliki hati yang kurang bersih maka pantulan dari air di danau tersebut katanya akan menunjukkan wajah yang kurang elok/cantik.
Lokasi telaga pengilon dikelilingi bukit yang menjadi lahan pertanian petani setempat. Para pengunjung yang memiliki waktu luang bisa beristirahat di sini dengan mendirikan tenda di sisi timur telaga, suasananya sangat nyaman jauh dari keramaian dan dapat menikmati pemandangan ikan-ikan kecil yang berenang kesana kemari.
Batu Ratapan Angin

Batu Ratapan Angin
Merupakan dua buah batu besar yang berdampingan dan terletak di puncak bukit. Di atas batu inilah kita dapat menikmati keindahan telaga warna dan telaga pengilon dari ketinggian. Lokasi batu satu area dengan Dieng Plateau Theatre (tempat pemutaran film lain di Dieng, masuk wilayah Kabupaten Wonosobo). Untuk mencapai Batu Ratapan Angin kita harus mendaki lereng dengan kemiringan 60-70 persen sepanjang kuang lebih 300 m yang membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Bagi pengunjung yang jarang berolah raga bisa istirahat sampai tiga kali untuk mengembalikan nafas yang tersengal-sengal, tapi bagi yang rajin berolah raga cukup istirahat satu kali.
Gardu Pandang Tieng

Gardu Pandang Tieng
Gardu Pandang Tieng (GPT) adalah tempat paling mudah untuk menikmati sinar matahari (sunrise) di kawasan wisata dataran tinggi Dieng. Lokasinya persis di pinggir jalan utama, terletak pada ketinggian 1789 m dpl, tepat berada di atas Desa Tieng. Hampir setiap pagi sehabis subuh sudah ada orang yang berada di lokasi untuk menikmati keindahan terbitnya matahari.
Dari GPT kita juga dapat menikmati pemandangan pedesaan Tieng di antara hamparan perkebunan sayur-sayuran yang teramat luas dari ketinggian, lalu ke arah selatan kita dapat melihat keanggunan gunung Sindoro yang menjulang tinggi. Berada di sini seolah kita sedang berada di atas awan, maka itu banyak orang yang menjuluki Dieng sebagai negeri di atas awan.
Ketika matahari mulai meninggi, kita dapat melihat para petani pergi ke ladang dengan berpakaian serba tebal dan sarung dikalungkan di leher. Di sebelah barat GPT kita dapat melihat bukit Sikunir, gunung Pakuwojo, dan ladang sayuran.
Bukit Sikunir

Bukit Sikunir
Tempat favorit untuk melihat keindahan sun rise di dataran tinggi Dieng yang konon merupakan salah satu yang terbaik di dunia selain di menara pandang Tieng adalah di Bukit Sikunir. Hanya kalau menara pandang Tieng di pinggir jalan dan berada di atas ketinggian 1789 m dpl, sedangkan untuk ke Bukit Sikunir yang berada di ketinggian 2,263 m dpl harus mendaki bukit melewati jalan setapak kurang lebih 1 km dari tempat parkir mobil. Hampir semua wisatawan yang ke Dieng ingin melihat matahari terbit dengan warna laingit jingga keemasan atau popular disebut golden sun rise di Bukit Sikunir. Karena jalannya tidak lebar, hanya cukup untuk satu mobil, tanjakannya juga cukup curam, dan belum ada penerangan jalan, sebaiknya wisatawan memakai jasa travel lokal yang sudah menguasai medan. Apalagi perjalanan ke Sikunir dilakukan dini hari supaya sebelum fajar tiba kita sudah sampai di puncak bukit tempat menyaksikan golden sun rise.
Untuk ke Bukit Sikunir, wisatawan yang bermalam di kota Wonosobo sudah harus berangkat jam 02,30 wib dini hari. Perjalanan dari hotel ke lokasi membutuhkan waktu sekitar 1 jam, dan berjalan kaki dari area parkir ke puncak bukit sekitar 30 menit. Karena suhu udaranya dingin sekali sampai di bawah 10 derajad celcius, para wisatawan selalu diwanti-wanti oleh pemandu wisata untuk memakai jaket tebal lengkap dengan tutup kepala, kaos tangan, kaos kaki, dan sepatu kets.
Bukit Sikunir Dieng adalah bukit kecil yang terletak di sebelah timur Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar. Desa Sembungan sendiri merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Dengan posisi ini memungkinkan wisatawan leluasa menikmati view golden sun rise dan keindahan alam dataran tinggi Dieng dari ketinggian.
Telaga Menjer

Telaga Menjer
Telaga Menjer merupakan telaga terluas di kawasan Dieng, terletak di Desa Maron, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Luasnya sekitar 70 ha, kedalaman airnya sekitar 50-60 m, airnya jernih, dan berada pada ketinggian sekitar 1300 m dpl. Airnya selain untuk kepentingan wisata, perikanan, dan irigasi, juga untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sejak tahun 1982 sampai sekarang.
Untuk mencapai lokasi tidak sulit. Dari kota Wonosobo sekitar 12 km, atau berada di pertengahan jalur wisata ke Dieng. Patokannya, belok kiri sebelum sampai di pasar tradisional Garung. Udaranya sangat sejuk sehingga banyak orang yang betah berlama-lama menikmati pemandangan yang begitu indah di sini. Di sebelah atas telaga adalah pemandangan menawan perkebunan teh Tambi yang membentang sangat luas. Jika Anda jalan-jalan ke kebun teh ini suasananya pada pagi dan sore hari mirip di kawasan Puncak, Jawa Barat. Anda dapat menikmati udara yang suhu rata-rata setiap harinya di kisaran 16-26 derajad celcius, dengan latar belakang pemandangan gunung Sindoro. Tersedia perahu sederhana untuk mengelilingi danau.
Kawah Sileri

Kawah Sileri
Kawah Sileri seluas 4 ha adalah kawah terluas di kawasan Dieng, terletak di Desa Kepakisan. Kawah Sileri merupakan kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali : tahun 1944, 1964, 1984, 2003, dan terakhir 2009. Kondisi Kawah sileri saat ini aman untuk dikunjungi, dan menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan yang ingin melihat fenomena alam Dieng dari dekat.
Sepanjang jalan menuju Kawah Sileri akan kita jumpai banyak asap dari panas bumi. Di dekat Kawah Sileri dijadikan tempat pengeboran untuk kepentingan Pembangkit Listrik tenaga Uap (PLTU).
Para pengunjung dapat melihat kawah dari gazebo di pinggir jalan, atau turun mendekati bibir kawah disediakan tangga dari beton membelah ladang. Bagi yang ingin selfi dengan sudut yang lebih dekat lagi ke kawah dengan background asap tebal putih juga bisa.
Pemandangan dari gazebo yang akan kita saksikan adalah kawah yang terus mengepulkan asap dengan latar perbukitan dan ladang penduduk yang ditanami sayuran.
Nama Sileri berasal dari bahasa jawa “Leri” atau air sisa cucian beras, karena air yang mengalir dari kawah berwarna silver mirip warna air leri.
Kawah Sikidang

Kawah Sikidang
Kawah Sikidang ini sangat unik. Permukaannya terus mengeluarkan asap putih tebal, airnya bergelembung persis air yang mendidih, suhunya juga panas sekali, hampir sama dengan air mendidih, jagung dan telur yang dimasukkan ke dalamnya, hanya dalam beberapa menit saja sudah matang. Tiga telor ayam yang direbus di kawah ini dijual Rp10 ribu. Rasanya persis telur rebus biasa, tidak ada bau belerang, meskipun asap yang keluar dari kawah bau belerang yang menyengat.
Meskipun di sebut kawah, tapi lokasinya tidak di puncak bukit melainkan di lokasi yang sangat mudah dicapai dengan motor dan mobil pribadi, bahkan dengan kendaraan mikro bus pun bisa. Turun dari mobil tinggal jalan kaki sekitar 300 meter menyusuri jalan setapak yang dibeton dan relative datar. Dari sekian banyak destinasi di Dieng, pedagang paling banyak di kawah Sikidang ini. Mereka rata-rata menjanjakan oleh-oleh khas Dieng, seperti Carica, stroberi, kentang, jamur, sarur-saruran, dll.
Untuk keamanan, di sekeliling Kawah Sikidang dipasang pagar kayu sebagai pembatas agar tidak ada pengunjung yang tercebur ke dalam kawah atau terkena dampak dari gas beracun yang dihembuskan dari dalam kawah. Karena bau belerangnya sangat menyengat, pengunjung juga disarankan menggunakan masker yang banyak dijual di sini.
Di sebut Kawah Sikidang karena di sini sebetulnya terdapat banyak kawah, hanya lokasinya berpindah-pindah mirip seperti kijang maka warga setempat memebrikan nama Kawah Sikidang, atau dalam bahasa Indonesia Kijang.
Tuk Bima Lukar

Tuk Bima Lukar
Tuk Bima Lukar diyakini masyarakat setempat sebagai mata air yang merupakan titik awal aliran sungai Serayu, sungai terbesar di sisi barat Provinsi Jawa Tengah. Mata air ini terletak di Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, tidak jauh dari komplek wisata yang lain, seperti Candi Arjuno, Telaga Warna, dll. Hanya saja tidak banyak wisatawan yang tertarik berkunjung ke sini.